Bercerita Pada Anak Usia Dini

Pendahuluan
Bercerita merupakan aktivitas manusia yang perlu dikuasai oleh orang tua maupun guru. Bagi anak bercerita merupakan kegiatan yang paling disenangi. Kegiatan ini sejak dulu dilakukan oleh orang tua mereka untuk pengantar tidur. Kebiasaan ini berjalan hingga saat ini,yakni bercerita masih dilakukan oleh orang tua untuk membina dan membentuk perkembangan pribadi anaknya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran 0-6 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. Disamping itu, pada usia dini anak-anak masih rentan yang apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran yang tinggi pada pihak pemerintah dan sebagian pemerhati pendidikan dalam menangani pendidikan anak-anak secara lebih professional dan serius.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pembahasan
A.Arti penting cerita dalam pendidikan
Menyimak penjelasan dan nasihat dari guru dengan duduk manis merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi anak. Sebaliknya duduk berlama-lama menyimak cerita atau dongeng adalah aktivitas yang mengasyikkan. Oleh karenanya, memberikan pelajaran dan nasihat melalui cerita adalah cara mendidik yang bijak dan cerdas. Mendidik dan menasihati anak melalui cerita memberikan efek pemuasan terhadap kebutuhan akan imajinasi dan fantasi.
Arti penting cerita bagi pendidikan anak usia dini, tidak dapat dilepaskan dari kemampuan guru dalam mentransmisikan nilai-nilai luhur kehidupan dalam bentuk cerita atau dongeng. Melalui metode bercerita inilah para pengasuh maupun guru mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan anak-anak menerimanya dengan senang hati. Pendidikan budi pekerti dilaksanakan setiap saat selama kurun waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran didalam kelas atau kegiatan sehari-hari lainnya di lingkungan sekolah. Kompetensi budi pekerti dapat mengacu pada rumusan yang disediakan oleh Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas,2002:23).

B.Manfaat cerita bagi anak
Cerita merupakan kebutuhan universal manusia, dari anak hingga orang dewasa. Bagi anak-anak, cerita tidak hanya memberikan manfaat emotif tetapi juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, perlu diyakini bahwa bercerita merupakan aktivitas penting dan tak terpisahkan dalam program pendidikan anak usia dini. Ditinjau dari berbagai aspek manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak karena mereka senang mendengarkan cerita walaupun dibacakan secara berulang-ulang. Pengulangan, imajinasi anak, dan nilai kedekatan guru atau orang tua membuat cerita menjadi efektif untuk mempengaruhi cara berpikir mereka. Hal itu dibuktikan oleh psikolog Joseph Strayhorn, Jr dalam bukunya The Competent Child. Ia menulis tentang kisah keteladanan positif yang berkaitan dengan masalah anak dalam dalam dunia nyata. Cerita Joseph Strayhorn menghadirkan tokoh utama yang mempunyai sifat mirip dengan anak. Tokoh mampu memecahkan masalah secara realistis berdasarkan pikiran, perasaan, dan perilakunya. Ternyata, kisah ini mampu menjadi suri teladan bagi anak-anak (Shapiro,1994:94).
2.Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak cerita memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah secara kreatif. Imajinasi juga mempengaruhi cara anak menghadapi kehidupan. Imajinasi yang baik mampu membuat seseorang melihat tanpa melihat, mendengar tanpa mendengar (Tadkiroatun, 2005:99).
3.Memacu kemampuan verbal anak
“Anak-anak yang memiliki kecerdasan verbal linguistik indikasinya dapat diukur antara lain, keteraturan dan aliran ucapan yang lancar serta struktur logika yang dibangunnya” (Suharsono, 2005:104).
Kemampuan verbal memiliki arti yang sangat esensial dalam kehidupan manusia modern. Kemampuan verbal anak lebih terstimulasi secara efektif pada saat guru melakukan semacam tes pada anak untuk menceritakan kembali isi cerita. Disini anak belajar menuangkan kembali gagasan yang didengarnya dengan gayanya sendiri.
4.Merangsang minat menulis
Cerita juga membantu menumbuhkan kemampuan tulis (emergent writing) anak. Anak akan terpac mempergunakan kata-kata yang diperolehnya dan terpacu menyusun kata-kata dalam kalimat dengan perspektif dongengnya sendiri.
5.Merangsang minat baca
Meidya berpendapat bahwa bercerita dengan mengunakan alat bantu buku, menjadi stimulasi yang efektif bagi anak untuk menumbuhkan minat baca. Minat itulah yang harus diberi lahan yang tepat, antara lain melalui kegiatan bercerita.

C.Teknik penyajian ceria
Persiapan cerita terkait erat dengan teknik penyajian ceria, yakni cara dan alat yang digunakan guru dalam menyampaikan cerita. Untuk menyajikan cerita yang menarik, diperlukan beberapa persiapan yaitu pertama, memilih dan mempersiapkan tempat. Aktivitas bercerita tidak harus dilakukan di dalam kelas, akan tetapi kegiatan ini dapat dilakukan dimana pun asal memenuhi kriteria kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Tempat yang dipilih ditata sedemikian rupa sehingga semua anak dapat melihat guru mereka. Jika jumlah anak tidak terlalu banyak, dapat dilakukan dengan melingkar mengelilingi guru.
Selain itu, cerita dapat dilakukan dengn menggunakan alat bantu yang disebut sebagai bercerita dengan alat peraga. Alat yang paling sederhana adalah buku, gambar, papan panel, boneka dan film bisu. Semua alat peraga membutuhkan keterampilan tersendiri yang memungkinkan pengguna alat itu berfungsi optimal.
Didalam menyajikan cerita , seorang guru harus pandai dalam mengekspresikan karakter tokoh. Karakter tokoh dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain, ekspresi visual ( raut muka, mulut, tangan) dan karakter ekspresi suara.
Menghidupkan suasana cerita haruslah dilakukan oleh guru. Ada berbagai macam teknik untuk menghidupan cerita yaitu : 1. mengoptimalkan dialog tokoh-tokoh cerita, 2. mengoptimalkan klimaks cerita, 3. membangkitkan humor disela-sela cerita, 4. melibatkan anak dalam cerita, 5. melakukan improvisasi, 6. memanfaatkan alat bantu secara optimal, 7. berolah suara, mimik, dan pantomimik ( Tadkiroatun, 2005:169-182).

Penutup
Seorang guru atau orang tua yang akan bercerita kepada anak-anaknya harus dapat menguasai aspek-aspek keterampilan teknis dari penyajian cerita diatas, tentunya dibutuhkan persiapan yang matang. Selain itu, kemampuan dalam bercerita agar dapat memunculkan berbagai unsur diatas, dan tersaji secara padu, hanya dapat dikuasai dengan pengalaman dan latihan-latihan yang tekun. Bercerita memang salah satu bagian dari keterampilan mengajar. Sebagai sebuah keterampilan, penguasaannya tidak cukup hanya dengan memahami ilmunya secara teoritik, yang terpenting adalah keberanian dan ketekunan mencoba secara langsung.








Daftar Pustaka

Depdiknas, Balitbang. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah : Kebijakan Kurikulum. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas.
Derni, Meidya, 2009. “Bercerita Itu Mudah”. Diakses dari http ://meidyaderni.com/ pada 9 Mei 2010.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta.
Shapiro, Lawrence E. 1999. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia.
Suharsono. 2005. Melejitkan IQ, IE, & IS. Depok : Inisiasi Press.

No Response to "Bercerita Pada Anak Usia Dini"

Posting Komentar

 
powered by Blogger